Sabtu, 10 Maret 2012

PILIHAN (COPAS)

ini cerpen aku copas dari blog http://sunflowers04.wordpress.com/2011/12/03/69/
ceritanya bagus banget :)
couple siviel

selamat membaca :)



♥ PILIHAN ♥

Bayangan adalah pengikut setia, mendampingi raga tanpa pernah berfikir bagaimana nasibnya dan kelanjutan dari jalannya, dia tidak menyadari bahwa dia akan menghilang saat siang berganti malam dan menenggelamkan sibayangan di tengah pusaran tanpa ekspresi…

♥♥♥
Mencintai adalah sebuah keajaiban yang dengan cara unik singgah di telapak tanganmu, bukan duka yang kau dapat saat dia akhirnya terlepas dan memilih singgah ditelapak tangan lainnya, tapi bahagia, hanya bahagia yang kau rasa, bila kau berada di posisiku…


♥♥♥

Aku Sivia gadis biasa yang memiliki seorang sahabat baik bernama Shilla, hidupku baik – baik saja sampai kedatangan seseorang yang merubah semuanya, orang itu bernama Gabriel lelaki tampan, menarik dan ramah, tidak akan ada yang menolak untuk berada didekatnya, begitupun kami, aku tau Shilla menyukai lelaki itu dan sebagai sahabat yang baik aku menyatukan mereka, walau pada kenyataannya aku juga mencintai lelaki yang sama…
Aku terluka? Jawabanku tidak, aku terlalu bahagia melihat mereka bahagia hingga lupa bagaimana rasanya patah hati, karena aku terlalu mencintai mereka…
Tapi sekali lagi takdir memutar rodanya terlalu cepat hingga aku tidak dapat mencerna apa yang tuhan inginkan, karena sekarang di hadapanku sahabatku terbaring dengan wajah pucat dan tatapan mata lelah…
♥♥♥
Author POV

“Shill kenapa tidak memberi tauku tentang ini semua, kenapa menanggungnya sendiri.” Sivia menangis, melihat keadaan sahabatnya, kanker hati hampir merenggut nyawanya.
“Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu, aku tidak ingin menyusahkan lagi, aku tidak apa – apa Via.” Shilla tersenyum tipis sambil menggenggam tangan sahabatnya itu.
“Bagaimana tidak apa-apa, kalau sekarang aku melihatmu seperti ini.” Sivia belum bisa tenang, akhirnya Gabriel datang dan berusaha untuk menenangkan Sivia.
♥♥♥
3 minggu kemudian…
Sivia POV

Gundukan tanah didepanku masih basah, didalamnya terbaring seorang sahabat yang selama ini selalu ada disampingku, hari ini tepat seminggu Shilla meninggal dan aku sangat merindukannya.
“Hai apa kabar aku harap kau baik-baik saja disana, oya aku membawakanmu bunga melati kesukaanmu, aku harap kau suka.” Aku tersenyum manis pada batu nisan didepanku, tapi wajahku berubah sedih karena hal yang sampai detik ini adalah beban terberatku.
“Shill kenapa kau meminta hal yang paling sulit aku lakukan, aku merasa tidak sanggup, aku ingin menyerah tapi aku terlanjur berjanji padamu.”
-Flasback-

“Iel aku mau saat aku tidak ada kau mau menjadikan Sivia sebagai pacarmu, aku ingin dia yang menggantikan aku.”
“Shilla kau bicara apa, jangan berkata seperti itu.” Sivia benar – benar terkejut dengan apa yang di katakan Shilla.
“Aku tau hatimu Via, kita berteman dari kecil dan aku tau semua yang ada di hatimu, aku tau kau juga mencintai Iel, tapi kau lebih memilih menyatukan kami dari pada memikirkan hatimu sendiri, aku juga ingin membahagiakanmu disaat terakhirku dan kau harus berjanji”…
-Flasback end-
“Aku akan melakukan keinginanmu, walau ternyata itu lebih sulit dari yang aku bayangkan.”
♥♥♥
Author POV

Sivia menekan bel apartemen Gabriel, dan tidak lama Gabriel membukakan pintu, masih menggunakan piyama dan wajah kusut bangun tidur.
“Selamat pagi, Iel.” Sivia tersenyum manis.
“Aishh . . Apa kau tidak sadar kau datang terlalu pagi hah.”
“Tapi hari ini kau ada kuliah pagi, aku tidak ingin kau terlambat.”
“Ya sudah cepat masuk.” Gabriel melangkahkan kakinya sedikit menyeret karena dia masih mengantuk.
“Iel kau langsung mandi saja, aku akan menyiapkan sarapanmu” Sivia beranjak kedapur.
“Hmm.” Gabriel menjawab malas lalu beranjak kekamarnya.
Tidak lama sarapan untuk Gabriel telah tersedia, dan Gabriel keluar dari kamarnya, saat tiba di meja makan dia hanya menatap meja itu dengan wajah sedikit menegang, tapi cepat dia menguasai dirinya lalu duduk. Tapi saat 1 sendok makanan masuk kemulutnya Gabriel terdiam lalu menelan makanan itu dengan terpaksa dan meminum susu coklat di sebelahnya tapi hal yang sama terjadi, Sivia bingung dengan sikap itu.
“Kenapa, Iel?”
“Sarapan ini tidak sama dengan buatan Shilla, bahkan susu coklatnya.” Gabriel meninggalkan meja makan dengan wajah tidak suka.
“Tapi Aku…” Shilla tidak bisa melanjutkan kata – katanya karena Gabriel sudah masuk kamar dan membanting pintu kamarnya.
Akhirnya Sivia membereskan meja makan itu dan tetap berusaha menguasai hatinya, agar dia bisa bertahan. Sivia masih sibuk dengan pikirannya, berusaha menyerupai Shilla agar dia bisa di terima.
“Aku berangkat, kau ingin ikut atau tidak?” Gabriel keluar dari kamarnya dengan tas di pundaknya.
“Aku ikut denganmu, Iel.” Sivia buru-buru mengambil tas di meja dapur hingga dia menjatuhkan gelas plastik yang ada didekat tasnya, dan itu membuat Gabriel menoleh dengan wajah tidak suka.
“Shilla tidak seceroboh kau.” Gabriel berkata dingin.
“Maaf.” Sivia hanya tertunduk dan mengekor di belakang Gabriel.
♥♥♥
Sivia mengikuti Gabriel dari belakang, berusaha menyamai langkahnya walau sulit, tetap berusaha untuk terlihat dimata namja itu walau akhirnya mata itu akan tetap tertutup oleh masa lalu.
Gabriel POV

Sangat sulit membuatnya terkubur dimasa lalu, dan akhirnya aku selalu menuntut Sivia harus seperti Shilla, memaksanya untuk terlihat seperti Shilla karena hanya itu yang bisa membuatku bisa bertahan. Semuanya terjadi tanpa awal sehingga aku tidak tau untuk membuat akhir, dan akhirnya biarkanlah seperti ini, sampai akhirnya aku yang tidak sanggup untuk menuntut atau dia yang tidak sanggup untuk bertahan.
“Iel aku pergi kekelasku, ini makan siang untukmu.” Sivia menyerahkan sebuah kotak makan dengan tas biru, aku mengambilnya.
“Terimakasih.”
“Ya, aku pergi.” Sivia keluar dari mobilku dengan senyum, aku hanya membalas dengan menatapnya.
♥♥♥
Esok hari di apertemen…
Author POV

Sivia melangkahkan kakinya dengan terburu-buru membawa semua plastik belanjaan yang isinya adalah bahan makanan untuk 1 minggu. Akhirnya dengan sangat susah payah dia sampai di apartemen Gabriel dan langsung membereskan semua belanjaan itu.
“Kenapa kau belanja banyak sekali?” Gabroel datang dengan secangkir kopi ditangannya, dengan wajah yang sulit ditebak.
“Ini bahan makanan untuk 1 minggu, jadi tidak repot lagi.” Sivia tersenyum dan Gabriel langsung pergi tanpa kata – kata lagi. Sivia menyeselaikan pekerjaannya dan langsung memasak makan malam.
Tidak berapa lama makan malam selesai dan sekarang mereka sedang menikmati makan malam tanpa suara, sampai Gabriel memecahkan kebisuan itu.
“Sebaiknya setelah ini kau pulang, tidak baik seorang perempuan pulang malam-malam.” Gabriel mengatakan itu tanpa menatap Sivia dan dia langsung sibuk dengan makanannya lagi.
“Ya.” Ada senyum kecut diwajah Sivia, rasanya tidak berlebihan bila dia berharap Gabriel mengantarkannya pulang karena mereka pacaran.
♥♥♥
Esok hari…

Hari ini Sivia berjalan di sepanjang trotoar dengan melamun banyak yang bercerita didalam otaknya, tapi tidak satupun bisa membuatnya merasa nyaman, dia baru saja pulang dari makam Shilla hanya sekedar mengajak bicara sahabatnya itu dan menumpahkan semuanya. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya Sivia tidak sadar bahwa dia sudah terlalu jauh dari tempat tujuannya hingga dia sekarang berada di pinggir taman sederhana, Sivia hanya tersenyum lalu duduk di salah satu bangku.
“Kau tau Shilla aku orang yang terlalu keras kepala dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah berhenti untuk memegang janji itu walau sebenarnya itu bukan janji tapi hadiah yang sangat indah tapi terlalu berat untuk ku bawa berlari.” Sivia berbicara sendiri sambil tersenyum dan berharap sahabatnya mendengarnya, terlihat jelas lelah di matanya tapi tertutup sempurna dengan senyum manisnya.
Tidak berapa lama sebuah mobil berhenti didekatnya duduk dan ternyata itu mobil Gabriel.
“Apa yang kau lakukan disana?” Gabriel berbicara dengan ekspresi seperti biasa tidak bisa ditebak.
“Aku tadi berjalan sambil melamun dan ternyata aku sampai disini.”
“Dasar aneh, cepat naik aku lapar.” Sivia langsung beranjak dari tempatnya duduk dan masuk kedalam mobil Gabriel lalu mobil itu bergerak pelan.
“Hari ini kau tidak usah masak kita makan di luar.”
“Ya.” Setelah dialog itu tidak ada lagi suara dalam mobil itu hanya pikiran mereka yang sibuk dengan ceritanya masing – masing.
@Restoran

Mereka memasuki restoran itu mencari tempat yang sedikit tidak terlihat dan mulai memesan makan dan sambil menunggu Gabriel membuka pembicaraan.
“Kau tau tempat ini adalah restoran kesukaan Shilla dan meja ini adalah tempat favoritnya dan dia selalu duduk di kursi yang sekarang kau duduki.” Ada gurat sedih dimata itu. Tidak ada kata – kata dari Sivia, dia hanya menunggu Gabriel terus bercerita.
“Dia selalu memesan menu yang sama, aku sering menyuruhnya mencoba yang lain tapi dia tidak pernah mau.” Gabriel tersenyum mengingat masa lalu itu dan Sivia juga ikut tersenyum, dia tau Gabriel sedang merindukan sahabatnya.
Dan akhirnya malam itu di habiskan dengan makan malam dan Gabriel yang terus bercerita tentang Shilla dan Sivia yang mendengarkan dengan baik semua cerita itu, paling tidak ini pertama kalinya Sivia bisa mendengar Gabriel berbicara banyak walau akhirnya dia hanya bisa mendengar tanpa bisa berkata apa – apa, dan Sivia tersenyum senang paling tidak, ada beban yang sedikit hilang walau dia tidak sadar bahwa dia baru saja terluka lagi, karena terlalu bahagia melihat Gabriel berbicara terlalu banyak.
♥♥♥

Pagi hari Sivia melakukan rutinitas seperti biasa, dia pergi keapartemen Gabriel pagi – pagi, membangunkan lelaki itu, membuat sarapan dan beres – beres rumah. Tidak lama Gabriel keluar kamarnya menuju meja makan dengan pakaian yang sudah rapi.
“Hari ini aku ada acara di luar sebelum kekampus jadi aku tidak bisa mengantarmu.”
“Tidak apa-apa Iel, aku bisa pergi sendiri.” Sivia tersenyum.
“Baiklah aku berangkat, kau bawa saja kunci apartemen ku, aku sudah punya kunci cadangan.” Gabriel pergi dan meninggalkan Sivia yang masih sibuk dengan kegiatannya.
Setelah pekerjaan dapur selesai, Sivia memberanikan diri memasuki kamar Gabriel yang belum pernah sama sekali dia masuki dan mulai membersihkannya, dia tidak tau apa yang akan terjadi nanti…
♥♥♥
Gabriel POV

Setelah dikampus seharian aku pulang keapartemenku dan Sivia menyambutku dan berkata makan malam sudah siap.
“Iel makan malam sudah siap, kau mandi lah dulu baru kita makan.” Dia tersenyum dan aku hanya bergumam dan meninggalkannya.
Saat aku membuka pintu kamarku aku menyadari sesuatu, kamarku menjadi rapi dan bersih, mungkin sangat baik bagi orang lain tapi tidak bagiku ini menyakitkan, aku tidak jadi memasuki kamar, aku setengan berlari menuju dapur.
“Iel kau tid…”
“Apa yang kau lakukan dikamarku hah!!!” Entah apa yang ada diotakku.
“Aku hanya membersihkannya, Iel.” Suara Sivia sedikit bergetar dia sangat terkejut dengan teriakanku.
“Jangan pernah sekalipun kau coba masuk kekamarku lagi, kau tau hanya Shilla yang boleh membersihkan kamarku dan menyentuh semua barang-barangku tidak orang lain!!!” Aku menunjuk wajahnya, aku sangat marah, didalam kamarku sangat banyak bayangan Shilla dan aku tidak ingin seorangpun merusaknya.
“Maafkan aku Iel, aku tidak tau.” Aku melihat jelas Sivia gemetar, matanya sangat ketakutan dan akhirnya aku putuskan masuk kamar dan mengunci diriku disana.
“Iel maafkan aku.”…
Author POV

Sivia melangkahkan kakinya keluar apartemen itu dan menguncinya dia tertunduk dia tau dia salah dan apa yang harus dia lakukan besok.
Sivia sangat takut ini pertama kalinya melihat Gabriel marah dan hal yang paling membuatnya sedikit sesak adalah dia di anggap orang lain…
♥♥♥

Esoknya Sivia tetap memberanikan diri pergi keapartemen Gabirel dan saat dia memasuki Apartemen itu dilihatnya Gabriel sudah duduk di meja makan dengan sereal dan wajah kusut yang terlihat tidak tidur.
“Iel soal kemarin aku benar – benar minta maaf.”
“Lupakan aku tidak ingin membahasnya.” Sivia langsung terdiam dan pergi untuk membuatkan minuman untuknya dan Gabriel, tapi saat dia ingin memberikannya, Gabriel sudah beranjak.
“Aku harus kekampus lebih pagi, kau pergi sendiri, dan maaf karena sudah membentakmu.” Gabriel langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Sivia.
@Mobil

Gabriel menjalankan mobilnya tanpa minat dia bingung harus kemana karena sebenarnya hari ini dia libur kuliah dan dia tidak sanggup harus berhadapan dengan Sivia.
“Apa yang harus aku lakukan Shilla kenapa kau meminta sesuatu yang tidak pernah sanggup aku lakukan, dia bukan kau.”
Gabriel menjalankan mobilnya tanpa minat, dia terus mencari tujuan tanpa berfikir bagaimana nasib gadis yang dia tinggalkan dia apartemennya.
@Apartemen
Author POV

Sivia terduduk di dapur itu, dia menangis dan menekan dadanya kuat-kuat karena sesak, dia merasa takut dan bingung.
“Apa yang harus aku lakukan Iel, bagaimana caranya agar aku terlihat, bagaimana caranya agar kau melihatku sebagai Sivia bukan pengganti Shilla.” Sivia membenamkan wajahnya di antara lututnya, dan mendekapnya erat, seperti berusaha menghilang.
Berjam – jam dia duduk dalam diam dan menangis, akhirnya dia bangkit dan melangkah keluar.
“Aku harus pulang.”…
♥♥♥
Gabriel mememasuki apartemennya yang gelap dia sengaja pulang larut malam agar tidak bertemu dengan Sivia, setelah dia menyalakan semua lampu dia beranjak kedapur, dan mendapati makan malamnya yang dingin disana dan secarik kertas.

~Iel aku memasakkan makan malam untukmu, tinggal kau hangatkan saja, aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja~
Sivia

Gabriel hanya menatap kertas itu dengan wajah yang sedikit sedih, dia cukup merasa bersalah.
“Kau tau Sivia. Shilla tidak akan menulis kata-kata seperti ini, dia akan berkata : Bila kau tidak makan aku akan memukul kepalamu. Dan hal itu yang membuatku sulit untuk melepasnya.” Sivia mengatakan itu dengan suara sangat pelan dan wajahnya sangat lelah.
Esok hari…
Author POV

Saat pertama membuka mata, ada hal yang aneh yang Gabriel rasakan, tempat itu sangat sepi dan tidak ada yang membangunkannya pagi-pagi seperti biasa.
“Dimana Sivia?” Gabriel bertanya dalam gumaman kecil lalu beranjak dari tempat tidurnya dan menyiapkan dirinya untuk kuliah.
Tidak berapa lama Gabriel sudah siap dengan tas di bahunya, dia melihat sekelilingnya ternyata Sivia benar-benar tidak ada dan akhirnya dia hanya mengganjal perutnya dengan secangkir kopi.
@Kampus

Sivia sibuk menunggu Gabriel di depan kelas Gabriel, dia sedikit takut kalau Gabriel kesiangan dan mengutuk dirinya sendiri kenapa harus kesiangan. Tapi tidak lama wajahnya berubah cerah, dari jauh Sivia melihat Gabriel yang berjalan dengan langkah sedikit terburu – buru.
“Selamat pagi, Iel.” Gabriel sedikit kaget dengan sapaan itu.
“Kenapa kau tidak ada tadi pagi?” Saat berhenti di depan Sivia hanya kata – kata itu yang keluar, bahkan Gabriel tidak menghiraukan sapaan Sivia.
“Maaf, aku kesiangan.” Sivia sedikit takut dengan nada pertanyaan Gabriel.
“Aishh . . sudahlah aku harus masuk kelas.”
“Ini sarapan dan makan siang untukmu Iel, maaf sekali lagi.”
“Terimakasih, kau tidak perlu mengucapkan maaf sebanyak itu.” Gabriel langsung mengambil tempat makan itu dan langsung pergi, tanpa mendengarkan apa yang di katakan Sivia selanjutnya.
“Maafkan aku Iel.”…
♥♥♥

Ternyata tidak selamanya masa lalu bisa terus menguatkanmu, karena pada akhirnya kita harus mengakui bahwa masa lalu sangat rapuh, yang hanya mampu kita pegang sebagai kenangan tanpa bisa kita tarik dalam kenyataan karena masa lalu itu tidak akan pernah sanggup…
Sekuat apapun kau berusaha memberi yang terbaik atas nama orang lain, itu semua tidak akan bertahan lama karena hal itu juga yang akhirnya akan meremukkanmu membuat kau terluka tanpa bisa kau tahan rasanya…
♥♥♥
Sivia terus berusaha menyamai langkah Gabriel walau akhirnya hanya penat yang dia simpan dan Gabriel yang sekuat tenaga berpegangan pada masa lalu akhirnya mulai payah untuk terus menggenggamnya…
@Apertemen

Rutinitas itu tetap berlanjut seperti biasa, Sivia yang selalu melakukan segala hal sebaik mungkin agar Gabriel tetap nyaman berada disebalahnya, yang terus merasa bahagia bila Gabriel bicara dengannya, tanpa dia tau bagaimana hatinya.
“Iel makan malam sudah siap.”
“Ya.” Gabriel duduk di didepan Sivia dan langsung makan tanpa suara, sedangkan Sivia hanya mampu menatap Gabriel yang berwajah kusut sambil menghabiskan makanannya sendiri.
“Iel kau sakit ?” Sivia melihat wajah Gabriel yang sedikit pucat.
“Aku hanya sedikit pusing.”
“Apa… Sebentar aku ambilkan obat.” Sivia beranjak dari tempat duduknya lalu pergi kelemari untuk mencari obat
“Di mana kau simpan obatmu, Iel?” Sivia masih sibuk mencari.
“Aku tidak perlu obat.”
“Tapi kau harus minum obat, Iel.”
“Aku tidak perlu minum obat.”
“Di mana kau menyimpannya, Iel.” Sivia tetap mencari dengan sedikit panik karena ini pertama kalinya dia melihat Gabriel sakit dan tanpa dia sadari Gabriel sudah menghentikan makannya dengan wajah yang merah karena marah.
“Aku bilang aku tidak perlu obat, kau tuli hah!!!” Sivia terdiam dengan obat ditangannya.
“Berhenti bersikap bodoh, aku muak denganmu, kenapa kau tidak bisa seperti Shilla!!!” Sivia meremas obat itu, ada rasa sakit yang teramat sangat didadanya dan untuk pertama kalinya dia menangis di depan Gabriel.
“Kenapa kau tidak bisa seperti dia, dia tidak ceroboh sepertimu dan dia tidak pernah melakukan kesalahan sepertimu!!!” Gabriel menumpahkan semuanya, ada perasaan marah dalam dirinya yang membuat dia tidak suka dengan sikap Sivia kali ini, akhirnya pertahanannya runtuh, dia kalah oleh permainannya sendiri.
“Aku bukan Shilla Iel, aku bukan Shilla, Aku Sivia berhentilah menyuruhku seperti dia aku mohon lihatlah aku sebagai Sivia bukan Shilla!!!” Ternyata Sivia tidak sanggup menyamai langkah itu karena dia terlalu lelah untuk mengejar dan akhirnya berhenti mengejar.
Gabriel terdiam dengan napas yang masih penuh emosi, Gabriel hanya bisa menatap gadis yang menangis didepannya tanpa bisa bersuara lagi.
“Aku pulang oppa, kau makanlah lalu minum obat.” Sivia meletakkan obat itu diatas meja lalu dia beranjak pergi, tanpa berharap ada yang menahannya karena itu tidak mungkin…
“ARAGHHHHHH !!!!!!!!!!” Gabriel melepaskan semua sakit yang bersarang di hatinya, dia menangis entah karena apa, apa karena rasa bersalah atau karena akhirnya dia mencapai kenyataan, yang mau tak mau harus dia telan…
♥♥♥

Berhari-hari Sivia tidak datang keapartemen Gabriel dan keadaan lelaki itu sangat menyedihkan, dia menjadi tidak terurus, memiliki tatapan mata yang kosong dia benar-benar kehilangan sesuatu yang kini berusaha dia kejar dan dia bawa kembali…
Dan sekarang dia sedang berdiri di tempat yang dulu sangat dia hindari bahkan dia takut untuk menatapnya, tapi kini dia berada disana di tengah berpuluh – puluh batu nisan hanya untuk menatap satu nama…
♥♥♥

Sivia menangis didepan sahabatnya dan mengatakan semuanya, semua hal yang akhirnya berhenti untuk dia perjuangkan…
“Aku menyerah Shilla ternyata aku tidak pernah sanggup mengejarnya lagi, janji itu terlalu berat untuk aku tanggung dan aku tidak ingin membuatnya lebih terluka dengan berada disebelahnya, maaf aku harap kau paham.” Sivia menghapus air matanya dan akhirnya himpitan itu sedikit hilang dan dia tersenyum tipis.
“Bila kau berhenti mengejar aku yang akan mengejarnya.” Sivia menoleh karena mendengar suara yang sangat dekat dengannya.
“Iel.” Sivia terkejut dan Gabriel hanya tersenyum.
“Bila kau lelah, biar aku yang mengantikanmu untuk mengejar janji itu.”
“Iel maafkan aku.”
“Aku yang harusnya mengatakan itu bukan kau.” Gabriel langsung mendekap tubuh gadis itu, mengumpulkan tenaganya kembali.
“Maaf karena aku terlalu sibuk menoleh kebelakang tanpa tau kau yang ada didepanku, maaf karena membiarkanmu sakit karena ulahku, maafkan aku.”
“Aku tidak apa-apa, Iel.” Gabriel melepaskan pelukan itu lalu mengusap pipi gadis didepannya.
“Kau tau kenapa aku sangat marah malam itu?” Sivia hanya menggeleng.
“Karena hanya itu satu – satunya kesamaan kau dan Shilla, dia akan menjadi orang paling panik bila aku sakit atau terluka dan kau melakukan hal yang sama, selama ini aku terlalu sibuk membandingkanmu, berharap kau menjadi Shilla, tanpa sadar aku sudah terbiasa dengan sikapmu dan saat aku menemukan persamaan itu, ternyata hal itu membuatku menjadi sakit dan merasa tidak bisa terima, maaf karena aku tidak bisa menerimamu dengan cepat walau ternyata hatiku sudah memilihmu lebih cepat.”
Didekapnya lagi gadis didepannya dan untuk pertama kalinya mereka bisa bernapas lega, dan Gabriel bergumam kecil kearah batu nisan Shilla…
“Terimakasih.”…
♥♥♥

Menjadi diri sendiri adalah yang terbaik, membiarkan semuanya mengalir apa adanya sesuai dengan apa yang kau mampu, tak perlu sibuk untuk menjadi orang lain hanya untuk dianggap kau ada…
Tidak selamanya apa yang ada digenggamanmu akan terus menetap ditempat, karena suatu saat dia bisa saja beranjak dan bila itu terjadi kau boleh mengejarnya tapi jangan lupa dengan seseorang yang mungkin selalu menjaga langkahmu agar kau tidak terluka…
♥♥♥

Sebuah mobil berhenti tepat didepan rumah dengan halaman sederhana tapi cantik, seseorang itu lalu turun dan beranjak untuk mengetuk pintu rumah itu…
Tok tok tok . .
Tidak lama terdengar suara dari dalam dan membuka pintu . .
“Iel…”
“Hy Via.”
“Aku baru saja ingin keapartemen kamu, tapi kenapa kamu ada disini”
“Aku juga ingin menjemput pacarku donk”
“Terimakasih Iel”
“Baiklah ayo kita berangkat dan hari ini kita bolos kuliah”
“Apa? tapi . . .”
“Hari ini aku ingin jalan – jalan denganmu seharian dan aku ingin menyimpan banyak bayangan tentangmu, I LOVE YOU” . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar